BLANTERORBITv102

7 Jenis Kayu Kelas II asal Indonesia yang sering Digunakan!

Kamis, 08 Mei 2025
Jenis Kayu Kelas  II


Indonesia tak hanya kaya akan budaya dan bahasa, tapi juga melimpah dengan sumber daya alam yang tak ternilai termasuk aneka jenis kayu yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. 

Selama ini, kita mungkin hanya mengenal kayu jati, merbau, atau ulin yang termasuk kayu kelas I. Namun, tahukah Anda bahwa ada juga kayu kelas II yang kualitasnya sangat layak dipertimbangkan?

Dalam dunia konstruksi dan desain interior, pemilihan jenis kayu sangat mempengaruhi kualitas bangunan atau produk akhir. 

Kayu kelas II dikenal sebagai bahan yang memiliki daya tahan cukup tinggi terhadap cuaca, serangan organisme perusak, serta tekanan fisik. 

Kayu-kayu ini juga umumnya lebih mudah diolah dan lebih terjangkau dibanding kelas I, namun tetap memiliki kekuatan dan keindahan alami yang tidak kalah menarik.

Berikut ini tujuh jenis kayu kelas II asal Indonesia yang bisa menjadi inspirasi dan pilihan material yang bijak:

7 Jenis Kayu Kelas II asal Indonesia

1. Kayu Sonokeling

Jenis Kayu Kelas  II

Kayu sonokeling sering disebut sebagai "rosewood-nya Indonesia" karena tampilannya yang eksotis: warna cokelat tua hingga hitam pekat dengan pola serat alami yang kontras dan memikat. Kayu ini berasal dari pohon Dalbergia latifolia, yang tumbuh subur di daerah Jawa Tengah dan Jawa Timur.

Dari segi kekuatan, sonokeling termasuk kayu keras yang cukup tahan terhadap rayap dan jamur, menjadikannya ideal untuk penggunaan jangka panjang. 

Dalam industri mebel, sonokeling sangat dihargai karena mampu memberikan kesan mewah pada meja, kursi, lemari, hingga lantai parket.

Namun perlu diketahui, peng lahan sonokeling memerlukan ketelitian karena teksturnya yang keras bisa membuat alat cepat tumpul.

Tapi justru karena itulah kayu ini digemari karena kokoh, awet, dan memiliki nilai estetika tinggi. Sebagai kayu kelas II, sonokeling jelas tidak bisa diremehkan.

Baca Juga : 6 Jenis Kayu Asal Kalimantan

2. Kayu Durian

Pohon durian dikenal karena buahnya yang berduri dan beraroma khas. Namun di balik popularitas buahnya, ternyata batang pohon durian juga menyimpan potensi besar dalam industri kayu. 

Kayu kelas II ini tergolong ringan dan cukup lunak, sehingga sangat cocok untuk berbagai kebutuhan yang memerlukan kemudahan pengerjaan, seperti pembuatan kusen, plafon, dinding partisi, dan bahkan perabot ringan.

Dari segi penampilan, kayu durian memiliki warna cokelat muda ke kuning pucat dengan serat halus yang bisa memberikan tampilan hangat dan alami dalam ruangan. Meski tidak sekuat kayu keras seperti jati, daya tahan kayu durian terhadap pelapukan terbilang baik jika diolah dengan finishing yang tepat.

Nilai tambah lainnya: karena pohon durian termasuk cepat tumbuh dan sering ditanam oleh petani, penggunaan kayu ini dapat mendukung prinsip kehutanan berkelanjutan. Jadi, selain fungsional, Anda juga ikut berkontribusi pada lingkungan.

3. Kayu Mersawa

Kayu mersawa berasal dari pohon Anisoptera spp. yang banyak ditemukan di Sumatra dan Kalimantan. Teksturnya cukup kasar dengan warna cokelat muda hingga kekuningan, sering kali memiliki serat lurus yang membuatnya menarik secara visual. 

Di dunia konstruksi, mersawa dikenal karena kekuatannya yang hampir menyamai kayu kelas I, khususnya jika digunakan dalam kondisi kering.

Mersawa banyak dimanfaatkan untuk struktur bangunan seperti tiang, balok, kusen, serta lantai rumah tradisional maupun modern. 

Ketahanannya terhadap serangan rayap dan jamur cukup baik, terutama jika dilapisi pelindung kayu seperti cat atau vernis.

Sebagai kayu kelas II, mersawa menonjol karena kemampuannya menahan beban dan daya lentur yang tinggi. Ini menjadikannya pilihan yang ekonomis namun tetap andal dalam proyek-proyek pembangunan.

4. Kayu Damar Laut

Jenis Kayu Kelas  II

Damar laut atau agathis banyak tumbuh di wilayah Sulawesi dan Papua. Kayu ini terkenal karena teksturnya yang halus dan warna krem hingga cokelat muda yang seragam. 

Meski tidak tergolong kayu keras, damar laut cukup diminati karena mudah diproses dan memiliki tampilan bersih yang cocok untuk furnitur minimalis modern.

Kegunaan damar laut sangat beragam. Mulai dari bahan dasar lemari, meja belajar, lapisan plywood, hingga bahan veneer pada furnitur kelas menengah. 

Bahkan, karena resonansi suaranya yang baik, kayu ini juga dipakai untuk membuat alat musik seperti gitar akustik.

Sebagai kayu kelas II, damar laut memang tidak dirancang untuk konstruksi berat. Namun dalam dunia desain interior, ia bersinar karena fleksibilitas dan keindahannya yang tenang dan elegan.

5. Kayu Waru

Kayu waru berasal dari pohon Hibiscus tiliaceus yang banyak ditemukan di daerah pesisir Indonesia. Kayu ini cukup unik karena memiliki kemampuan alami untuk bertahan terhadap lingkungan laut dan udara asin. Karena itu, waru sering dipakai dalam pembuatan perahu, papan selancar, hingga jembatan kecil di pesisir.

Warna kayu waru cenderung cokelat muda dengan nuansa kekuningan, dan memiliki bobot ringan. Ini membuatnya mudah dibentuk menjadi berbagai produk seperti bingkai foto, mainan kayu, hingga dekorasi rumah.

Meskipun daya tahannya tidak sekuat kayu keras lainnya, keunggulan utamanya terletak pada resistensinya terhadap air. Sebagai kayu kelas II, waru menawarkan solusi cerdas untuk proyek luar ruangan yang tetap membutuhkan sentuhan estetika alami.

6. Kayu Mahoni

Mahoni, atau Swietenia macrophylla, adalah salah satu kayu favorit dalam dunia mebel kelas menengah ke atas. Warnanya yang merah muda hingga cokelat kemerahan membuatnya sangat elegan, apalagi jika dipoles dengan finishing glossy. 

Dari segi kekuatan, mahoni berada pada posisi yang baik sebagai kayu kelas II cukup tahan lama, tidak mudah melengkung, dan relatif stabil meski terkena perubahan suhu.

Kehalusan pori dan serat kayu mahoni juga menjadi nilai tambah, terutama saat digunakan untuk ukiran atau detail mebel klasik. Tak heran jika mahoni kerap dipakai untuk lemari, kursi tamu, ranjang, hingga kusen jendela.

Di pasar ekspor, mahoni Indonesia cukup diminati, menjadikannya komoditas perkayuan yang bernilai tinggi secara ekonomi dan estetika.

7. Kayu Gmelina

Jenis Kayu Kelas  II

Gmelina adalah jenis kayu cepat tumbuh yang banyak dikembangkan di program penghijauan dan hutan produksi di Indonesia. 

Kayunya ringan, mudah dikeringkan, dan sangat mudah diproses, menjadikannya cocok untuk perabot rumah tangga, kerajinan tangan, maupun komponen ringan dalam bangunan.

Warna kayu gmelina cenderung terang krem atau kuning pucat dengan serat halus. Karena pertumbuhannya cepat, gmelina sering dianggap sebagai alternatif kayu jati dalam skala industri menengah. 

Ia juga dianggap ramah lingkungan karena siklus panennya yang lebih singkat dan tidak memerlukan lahan hutan primer.

Sebagai kayu kelas II, gmelina menjadi pilihan strategis bagi pelaku industri yang ingin menggabungkan antara efisiensi produksi dan keberlanjutan lingkungan.

Jadi, sudah tahu jenis kayu kelas II asal Indonesia?


Author

Amanda